Mengapa kita mencintai gula?
By Republika Newsroom
Senin, 23 Februari 2009 pukul 14:03:00
Kembali ke jaman berburu, gula--biasanya dalam bentuk madu--merupakan komoditi berharga mahal. Rasa manis menyatakan pada jika makanan tersebut aman dan layak dikonsumsi, sementara rasa pahit pada makanan menandakan jika ada kandungan berbahaya atau bahkan racun.
Fakta yang mendukung, tubuh kita ternyata secara genetik diprogram untuk menyukai makanan manis. Ilmuwan baru-baru ini menemukan reseptor rasa manis khusus sangat unik dalam tubuh manusia dan bahkan gen khusus untuk rasa manis.
Bayi baru lahir pun akan menjilat semua yang terasa manis, dan terlepas dari konsepsi salah jika gula membuat anak-anak menjadi hiperkatif, gula berpengaruh pada kadar serotonin pada otak sesungguhnya malah menciptakan efek menenangkan. Dan sendok teh gula bermanfaat lebih banyak daripada obat-obatan; yakni dari penelitian menunjukkan gula beraksi seperti pengurang rasa sakit pada bayi.
Itulah sebab anak-anak menyenangi rasa manis jauh lebih tinggi ketimbang orang dewasa. Sebagaimana manusia berkembang dewasa, jumlah gula yang diasup menjadi berbeda-beda tergantung pada usia, latar belakang etnis dan pengalaman hidup.
Terlalu Banyak Hal Baik
Saat ini yang terjadi, kita menambah gula ke dalam makanan jauh lebih tinggi dari pada leluhur kita. Orang Amerika kini mengonsumsi gula lebih dari 23 sendok teh setiap hari, terutama dalam minuman bergula seperti soft drink. Itu berarti menambah lebih dari 400 kalori setiap hari.
Itulah masalahnya, mengonsumsi minuman bergula secara berlebih juga meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler. Hal itu pun baru saja dipublikasikan oleh Universitas Kalifornia setelah membandingkan kadar trigliserida darah setiap relawan. Meski saat itu riset belum memasukkan faktor kafein dan juga tidak menyebutkan kondisi kesehatan relawan sebelum penelitian, mungkin hasil studi tak dapat dijadikan patokan. Paling tidak itu menjadi hal yang tengah dikaji para ahli secara menyeluruh
Apakah anda pecandu gula?
Sesungguhnya pertanyaan tersebut agak selip, karena seorang tak bisa secara psikologis mengalami kecanduan gula. Manusia dapat sangat intens dalam konsumsi gula dan makanan manis, namun itu bukan kebiasaan berdasar psikologis. Konsumsi gula sangat tinggi, menurut ahli, lebih disebabkan budaya, dan kencenderungan sosial serta individu.
Kunci untuk mengatur makanan bergula--seperti halnya makanan lain--ialah tak berlebihan. Mengawasi kapan dan mengapa anda makan yang manis-manis dapat mengontrol kebiasaan dan menurunkan asupan gula anda.
Menjinakkan Gen Manis Anda
Ini sangat membantu mengetahui dari mana gula dalam tubuh anda berasa. Perhatikan apa yang anda makan; tambahan gula tidak seharusnya berkontribusi sebesar gula dari sumber alami. Jika iya, ada beberapa cara untuk mencapai keseimbangan gula lebih baik seperti yang dituturkan oleh Belly Bytes.
- Baca label dengan seksama. Pilihlah makanan dengan kadar gula paling sedikit (empat gram gula setara satu sendok teh). Waspadai gula dalam bentuk tak terelakkan seperti dalam selai, saus salad dan bumbu-bumbu penyedap rasa.
- Pilih air mineral atau minuman tanpa gula ketimbang soft drink. Batasi jus hanya satu atau dua setengah cangkir saji perhari.
- Cermati nama alias gula. Cari dalam bentuk: gula beet, brown sugar, cane sugar, sirup jagung, dekstrosa, evaporated cane juice, high-fructose corn syrup, madu, maltodextrin, molasses, sukrosa, dan gula tubinado.
- Jangan makan gula ketika anda lapar. Sebagai ganti, nikmati makanan manis setelah makan (perlakukan seperti pencuci mulut) dan nikmati dalam jumlah kecil, akan membuat kita sedikit tergoda.
- Jangan sangkal diri anda. Sebagai ganti tidak mengonsumsi gula sama sekali, kurangilah jumlahnya. Ambil setengah dari jumlah yang biasa anda konsumsi sehingga anda tak harus menderita.
0 komentar on "Fakta Penting Seputar Rasa Manis"
Posting Komentar